Berita Terbaru

Sampah Laut Mangrove, jadikan Berkah Laut


Masyarakat pesisir Pantai Baros, Desa Tirtohargo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengolah sampah laut yang masuk ke kawasan mangrove menjadi barang kerajinan yang memiliki nilai ekonomis.

"Pemuda-pemudi Baros saat ini punya kegiatan positif, mereka memilah sampah yang masuk ke mangrove, yang kayu diolah menjadi kerajinan untuk dijual,"

Pengolahan sampah laut menjadi kerajinan yang dikembangkan pemuda-pemudi Baros beberapa bulan lalu yang selama ini menjaga kelestarian ekosistem hutan mangrove di pesisir Baros itu merupakan kegiatan positif yang perlu diapresiasi.






Apalagi, kata dia, bahan baku kerajinan berupa kayu tersebut berasal dari sampah-sampah laut yang berada di kawasan mangrove karena terbawa gelombang pasang pantai selatan beberapa waktu lalu.

"Fenomena gelombang pasang kemarin membawa sampah laut masuk ke kawasan mangrove, namun musibah rob kemarin justru menjadi anugerah bagi pemuda-pemudi Baros, karena ternyata sampah organik itu bisa diolah menjadi barang mahal," katanya.

Ia menyebutkan barang kerajinan dari olahan sampah laut berupa potongan kayu, di antaranya hiasan-hiasan rumah, bahkan kerajinan itu laku dengan harga tinggi di pasaran karena punya keunikan.




"Kebetulan belum lama ini, saya diminta untuk menjadi narasumber berkaitan dengan pengelolaan kawasan mangrove, pemuda-pemudi Baros malah minta difasilitasi sarana untuk mengembangkan kegiatan itu, karena peminatnya tinggi," katanya.

Yus Warseno mengatakan bahan baku kayu (sampah laut) yang dikumpulkan di kawasan mangrove selepas banjir rob beberapa waktu lalu mencapai 10 truk, bahkan sampah kayu tersebut belum habis dipilah.

"Positifnya bisa memberikan pendapatan bagi warga, apalagi sampah laku dijual Rp 15.000 per karung. Namun negatifnya kalau tidak segera dipilah dan diolah, maka akan mengganggu pertumbuhan mangrove, karena dari estetika tidak bagus," katanya.


Tidak ada komentar